Senin, 18 Januari 2016

4th Days West Java Overland – Indonesia’s “Green Canyon”



4th Days (January 15, 2016)
06.00 Letak Surya Pesona Hotel sangat strategis, posisinya yang langsung menghadap ke pantai Pangandaran, membuatnya selalu ramai dikunjungi wisatawan yang datang ke daerah ini. Dari semalam hingga pagi hari, hujan terus mengguyur menurunkan temperatur yang cukup panas kemarin malam.
Surya Pesona Hotel - Pangandaran

Sambil menunggu sarapan pagi siap di restoran, aku berjalan-jalan menuju pantai yang jaraknya hanya berjarak 100m didepan hotel, panjang dan luas pantai Pangandaran ini tak jauh beda dengan pantai Kuta –Bali, yang membedakannya adalah Ombak Pantai Kuta lebih tinggi dibandingkan dengan  pantai Pangandaran.
Suasana pantai Pangandaran di pagi hari

Suasana pantai masih sepi sekali, beberapa café  yang berada di bibir pantai masih tutup. hanya nampak  satu-dua perahu nelayan yang baru datang dari tengah lautan membawa hasil tangkapan mereka semalaman. Menyusuri pantai cukup membuatku berkeringat.. lumayan olahraga pagi.
Suasana Cafe pinggir pantai yang masih sepi

Perahu nelayan yang baru pulang berlayar

 
Memandangi luasnya pantai...

Kembali ke hotel, ternyata sebagian mahasiswa telah rapih dan siap menikmati sarapan pagi, restoran yang berada di lantai 2 menyajikan menu sederhana seperti biasa; nasi goreng, telor dan tomat/mentimun ditambah hidangan Bubur ayam lengkap.
Pukul 08.30, bus siap melanjutkan perjalanan ke Pantai Batu Karas dan Green Canyon yang letaknya di pantai barat dari Pangandaran. Sebelumnya kami menyempatkan untuk singgah sebentar di pantai barat yang semalam menjadi tempat makan malam kami, untuk membeli oleh-oleh khas Pangandaran berupa berbagai jenis ikan asin, tapi yang paling dinikmati adalah ikan asin Jambal Roti, yang harganya cukup majhal Rp 100rb/kg.

Berbagai jenis ikan asin yang ditawarkan sebagai oleh-oleh khas Pangandaran
 
Ikan, Udang, dan Kepiting goreng kering  sebagai camilan
Perjalanan menuju pantai Batu Karas cukup ditempuh 1jam dari kota Pangandaran, Pantai ini menjadi pilihan para surfer yang datang dari luar negeri, karena ombaknya yang lebih tinggi dibandingkan dengan pantai Pangandaran. Saat kami tiba nampak beberapa surfer asing sedang beristirahat di café-café sekitar pantai. Terlihat juga beberapa keluarga wisatawan lokal yang datang bersama keluarga, sekaligus makan siang bersama.  Hari ini adalah hari Jum’at, sehingga bagi semua mahasiswa yang beragama Islam, diminta untuk sholat Jum’at berjamaah..sedang untuk para mahasiswi dipersilakan menikmati keindahan pantai.
Pintu gerbang pantai Batu Karas
 
Bersama keluarga menikmati keindahan pantai Batu Karas
 
Anak-anak yang bermain di Pantai Batu Karas


Selesai sholat Jum’at, waktu sudah menunjukkan pukul 12.30, kami bergerak menuju salah satu restoran yang berada dipingir pantai untuk bersantap siang. Menunya tak jauh beda dengan menu kami semalam, Cumi goreng tepung, Ikan laut bakar plus Cah kangkung…tetap nikmattttt
Toko-toko souvenir yang juga menjual pakaian pantai

Warung makan disekitar Pantai Batu Karas
 
 
Menu makan siang...yummy
Lasizzz..yang tertinggal hanya tulang belulang

Selasai makan siang, kegiatan terakhir kami adalah mengunjungi objek wisata yang sangat terkenal di daerah ini, bahkan hingga ke mancanegara, yakni Cukang Taneuh sebutan kerennya “Green Canyon”.
Dermaga Ciseureuh
Kalau di Amerika memiliki Grand Canyon, yang terdiri dari gugusan ngarai dengan lereng-lereng karang karang berwarna kuning, di utara negara bagian Arizona. maka di Pangandaran memiliki  Green Canyon. Masyarakat setempat menyebutnya Cukang Taneuh,  yang berarti jembatan tanah, sebab diatas lembah dan jurang  ini terdapat jembatan terbuat dari tanah yang digunakan oleh para petani setempat untuk menuju kebun mereka. Sejak tahun 1993 seorang warga Perancis mempopulerkannya dengan sebutan Green Canyon
Objek wisata ini sebenarnya merupakan aliran dari sungai Cijulang yang melintas menembus gua yang penuh dengan keindahan pesona stalaktif dan stalakmitnya. Selain itu daerah ini juga diapit oleh dua bukit, juga dengan banyaknya bebatuan dan rerimbunan pepohonan. Semuanya itu membentuk seperti suatu lukisan alam yang begitu unik dan begitu menantang untuk dijelajahi.
Untuk mencapai lokasi ini kami berangkat dari dermaga Ciseureuh. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan menggunakan perahu tempel atau kayuh yang banyak tersedia di sana. Jarak antara dermaga dengan lokasi Green Canyon sekitar 3km, yang bisa ditempuh dalam waktu 30-45 menit. Sepanjang perjalanan kita akan melewati sungai dengan air berwarna hijau tosca. Mungkin dari sinilah nama Green Canyon berasal.
Begitu terlihat jeram dengan alur yang sempit yang sulit dilewati oleh perahu berarti sudah sampai di mulut Green Canyon, di mana airnya sangat jernih berwarna kebiru-biruan. Di sinilah awal petualangan menjelajah keindahan objek wisata ini dimulai. Dari sini wisatawan dapat melanjutkan perjalanan ke atas dengan berenang atau merayap di tepi batu. Disediakan ban dan pelampung bagi yang memilih untuk berenang. Meski harus menempuh cara seperti ini, perjalanan dijamin sepenuhnya aman. Bahkan untuk anak-anak 6 tahun ke atas cukup aman untuk menyusuri aliran sungai dengan menggunakan ban dan dipandu oleh pemilik perahu yang disewa.
Stalaktif di Green Canyon
 

Perjalanan akan terus berada dalam cekungan dinding terjal di kanan kiri aliran sungai. Dinding-dinding untuk menyajikan keindahan tersendiri, yang paling unik berbentuk menyerupai sebuah gua yang atapnya sudah runtuh. Selain itu di bagian atas beberapa kali pengunjung akan melewati stalaktit-stalaktit yang masih dialiri tetesan air tanah. Setelah beberapa ratus meter berenang, akan terlihat beberapa air terjun kecil di bagian kiri kanan yang begitu menawan. Jika diteruskan berenang maka pengunjung akan sampai pada ujung jalan, di mana terdapat gua yang dihuni oleh banyak kelelawar.
Namun sayang, saat kami tiba disana khabar tak baik diberikan oleh pak Cecep yang mendapatkan informasi kalau diatas bukit baru terjadi hujan lebat, yang menyebabkan arus sungai sangat deras, bisa dilihat dari air yang berubah menjadi coklat susu, padahal biasanya berwarna biru jernih kehijauan…
Untuk menghibur hati, kami tetap menuju muara sungai, paling tidak bisa melihat secara langsung karang bebatuan yang menghiasi dinding “Green Canyon”.  Terlihat jelas bahwa arus air sangat deras….sangat berbahaya jika berenang.
Bersampan menuju pintu Green canyon
 
 
Air Green Canyon yang biasanya hijau ke biru-biruan berubah menjadi coklat susu

Pukul 16.00 Tak lebih dari 1 jam kami berada di muara sungai tersebut, kembali ke dermaga untuk  segera melanjutkan perjalanan pulang ke ke Jakarta.
Keindahan ngarai Green Canyon
Derasnya arus sungai

Perjalanan Pangandaran-Jakarta  cukup melelahkan, menempuh waktu 9 jam, hingga tiba di Kampus STP Sahid pondok Cabe tengah malam (02.00 pagi)

Minggu, 17 Januari 2016

3rd Days West Java Overland – Green Village “ Kampung Naga”



3rd Days (January 14, 2016)
Pukul 03.00, aku terbangun karena alarm hanphone berbunyi, baru sadar aku kalau semalam tertidur pulas hingga lupa untuk sholat Isya…Selesai sholat Isya dilanjutkan sholat Tahajud, sulit untuk tidur kembali, langsung aku ke kolam berendam air panas yang berada di kamar mandi, pelan-pelan aku masukkan bagian tubuh mulai dari kaki, lutut, pinggul, hingga badan, agar panasnya tak mengagetkan tubuh. Aku hanya bertahan 10 menit.. tak kuat berendam terus, walaupun katanya baik bagi kesehatan, tapi aku tak mau resiko kulitku melepuh menjadi albino… ha..ha..ha 
Suasana hotel Cipaganti 3 Cipanas-Garut
Tiap kamar memiliki kolam rendam sendiri
Fasiltas kamar sederhana
Selesai berendam, ternyata rasa kantuk datang kembali…tertelap sebentar hingga azan subuh berkumandang, selesai sholat subuh, aku berjalan keluar kamar untuk berkeliling sekitar hotel. Langit  pagi ini nampak jernih hingga Gunung Guntur yang berada didepan hotel nampak terlihat sempurna, Gunung inilah yang menghasilkan air panas sepanjang masa didaerah ini. Di kabupaten Garut memang banyak ditemukan sumber mata air panas amupun uap panas bumi, bahkan sebuah Pembangkit Listri Panas Bumi (Geothermal) terbesar di Indonesia besar yakni PLPB  Kamojang berada di kabupaten ini.
 
 
Penampakan hotel lain yang berada di Cipanas-Garut
 
 
Panorama alam dan keindahan bungalow yang dimiliki Banyu Alam Resort
 
Kolam ikan di Hotel Cipaganti 3, berlatar Gunung Guntur
Pukul 08.00, semua mahasiswa telah bersiap untuk melanjutkan perjalanan siang ini, yakni mengunjungi pusat industry kulit yang terkenal dari Garut. sempat mampir sebentar di pusat oleh-oleh untuk membeli jajanan khas Garut, apalagi kalau bukan Dodol dan Krupuk kulit yang terkenal itu.
Inilah bus wisata yang kami gunakan selama perjalanan West Java Overland

Tiba di Jl A Yani kota Garut yang menjadi sentra perdagangan hasil kerajinan kulit para UMKM se Garut, yang menampilkan banyak macam, mulai dari jaket, topi, tas, dompet, dll. Sempat aku menanyakan harga beberapa jaket yang modelnya cukup menarik… wow harganya masih sangat mahal untuk kantongku, paling murah berkisar Rp 1 – 1,5 juta/pcs..Hanya sebentar kami disini, perjalanan panjang masih menanti yakni ke Kampung Naga yang berada sekitar 26 km dari kota Garut.
Butik-butik yang menawarkan berbagai kerajinan berbahan kulit di kota Garut
Pukul 11.00, setelah perjalanan yang berliku dan naik turun, walaupun dengan pemandangan alam yang menarik disisi kanan-kiri jalan, tetap saja membuata beberapa mahasiswa mabuk, bahkan beberapa ada yang sempat muntah…Kami tiba di Desa Adat - Kampung Naga[1], Kabupaten Tasikmalaya,  ternyata posisinya berada di lembah yang berjarak ±500m dari pintu masuk, yang berada tepat ditepi sungai Ciwulan.
Desa kecil yang total luas nya hanya 1.5 Ha ini, telah menjadi ikon desa Adat yang masih memegang teguh wawasan lingkungan, sehingga beberapa kali pemangku adatnya menerima penghargaan akan kepedulian terhadap lingkungan. Banyak hal yang dapat dipelajari dari pola hidup masyarakat kampung Naga ini yakni cara hidup berdampingan dengan alam yang baik.
Berpose depan pintu gerbang, area Kampung Naga
Menyusuri tangga menuju kampung Naga

 

Kampung Naga yang berada di lembah
Dikampung ini semua rumah berpentuk panggung, dengan bahan bambu dan kayu, sedang atapnya terbuat dari Ijuk atau alang-alang, sedang lantainya terbuat dari bamboo,tidak mengenal cat, kecuali kapur atau dimeni dan harus menghadap ke Utara atau ke sebelah selatan dengan memanjang dari barat ke timur.
Selesai berkeliling Kampung Naga, perjuangan yang melelahkan adalah menaiki 430 anak tangga keatas, tempat bus kami terparkir… 
 
Bentuk rumah Kampung Naga yang terbuat dari bambu, kayu dan Ijuk

 
 

Mendengarkan penjelasan guide lokal

Dapur sederhana warga Kampung Naga
Berpoto dengan guide lokal di halaman masjid Kampung Naga
Bertani adalah pekerjaan utama penduduk Kampung Naga
Mengatur napas, untuk mendaki anak tangga keatas
Pukul 12.30 perut lapar dan keringat selepas mengunjungi kampung Naga, menambah nafsu makan siang kami saat tiba di rumah makan Asep Stroberi yang menyajikan Nasi liwet lengkap dengan hidangan lauk-pauk seperti empal, ikan asin, tahu temped an lapapan khas Sunda… laziss
Nampak depan RM. Asep Stoberi
Nampak Belakang RM. Asep Stroberi
Nasi liwet....lazisss
14.00 perjalanan berlanjut ke pesisir selatan provinsi Jawa Barat, yakni ke pantai Pangandaran yang terkenal akan keindahan alam serta pantai putihnya. Perjalanan menuju ke sana cukup terhibur dengan berbagai tingkah laku mahasiswa yang beryanyi, menari dan berjoget ria dalam bus, layaknya diskotik berjalan…hingga perjalanan yang berliku tak terasa. Selepas magrib kami tiba di pantai selatan Pangandaran, tepatnya didekat pelelangan ikan, dengan tujuan untuk menikmati makan malam berupa sajian hidangan laut (seafood) segar.  Yang menarik adalah banyak rusa-rusa liar yang berkeliaran disekitar pasar ikan, rusa-rusa ini berasal dari Cagar Alam Pangandaran yang  menjadi habitat beberapa hewan langka lainnya. Ada pula beberapa “odong-odong”, yang bentuknya menarik, seperti mobil VW. 
Odong-odong unik
Ikan segar, menu makan malam kami
Hidangan Ikan laut segar, cumi tepung dan tumis kangkung nikmat sekali rasanya… hingga berpeluh, selesai dengan makan malam kami langsung menuju  Surya Pesona Beach Hotel, yang menjadi tempat kami bermalam di Pangandaran
Tidurrrrrrrrrr.......


[1] http://arsipbudayanusantara.blogspot.co.id/2013/05/kampung-naga-kampung-adat-di-jawa-barat.html