Jumat, 08 Juni 2012

Paris - Bruxelles - Rotterdam (Part I)...."Menonton anak kecil pipis" (Manneken Pis)

Manneken Pis - Bruxelles
Cerita bersambung ini adalah pengalaman selama perjalanan 4 hari  dari Angers(FR)-Paris(FR)-Bruxelles(BE)-Rotterdam (NL) dalam rangka mengikuti seminar International  di Universite Libre de Bruxelles, kesempatan dua hari digunakan untuk mengunjungi kota Bruxelles dan Rotterdam 


Angers, Juni 22, 2012. Ranselku sudah kusiapkan dari semalam, walaupun aku yakin akan dapat penginapan yang layak, namun tetap saja kumasukkan Sleeping Bag  kedalam ransel. Jaga-jaga untuk keadaan yang terburuk jika tak dapat penginapan.
Kuperiksa kembali tiket TGV (Perancis: Train à Grande Vitesse, artinya Kereta dengan kecepatan tinggi)  yang kemarin kuperoleh dari kampus, schedule jam 10.53. Berarti aku masih punya waktu untuk sarapan sekaligus mempersiapkan bekal makan siang. Mie Instant, lengkap dengan udang+sayur menjadi menu “sehat’’ sarapan ku. Sedang 2 potong sandwich telur+cheese, sudah kubungkus sebagai menu makan siang.
09.00 aku sudah berada dalam TRAM menuju La Gare (Stasiun kereta)  St.Laud Angers. Sesuai dengan tiket yang kudapat dari ESTHUA, rutenya agak panjang. Pertama dengan TER (Transport Express Regional artinya kereta regional) no.60126 aku harus ke kota TOURS dulu, kemudian berganti TGV no.8322 ke La Gare Paris-Montpartnasse, lanjut dengan METRO no.4 ke La Gare Paris-Nord, baru dari sana menggunakan THALYS (TGV antar Perancis - Belgia) no.9357 hingga di La Gare du Midi Bruxelles.
trainweb.org
Total lama perjalanan Angers-Paris-Bruxelles sebenarnya hanya 4 jam, tapi karena pindah-pindah kereta, kuperkirakan akan menempuh 6 hingga7 jam.
Jam 09.30, aku sudah tiba di la Gare St.Laud Angers, tapi tak nampak informasi TER tujuan kota TOURS di layar LCD jadwal keberangakatan, tiba-tiba muncul pengmuman bahwa TER no.. akan terlambat ± 45 menit, karena ada masalah tehnis. O la la…. aku pasti akan ketinggalan kereta TGV Tours-Paris yang akan berangkat pukul 12.38.  Kucoba menelpone Sylvine (Pembimbing tehnis Desertasiku, sekaligus partner penelitianku), tapi tak dijawab, dengan penuh cemas aku menuju ruang informasi untuk menanyakan bagaimana dengan nasib tiketku nanti. Dengan tenang petugas memeriksa tiket TGV-ku, kemudian ia langsung memintaku untuk berangkat dengan TGV no.8820 Tujuan Paris-Montpartnasse Direct, 3 menit lagi!!. Oh ternyata ini berkah buatku, tak perlu pindah-pindah kereta, walaupun tanpa tempat duduk, namun sekali lagi tuhan berbaik hati kepadaku, saat di voiture (gerbong) ternyata masih ada kursi cadangan. Duduk juga akhirnya aku…..Alhamdulillah
Karena TGV ini “direct”, dengan tujuan akhir hanya Paris-Montpatnasse, maka cukup dengan 2 jam aku sudah tiba di Paris. Dalam perjalanan tadi Sylvine sempat menghubungiku untuk menunggunya di Paris-Montpatnasse sebelum ke Paris-Nord. Selang 30 menit Sylvine sudah muncul.
Di Paris-Nord, kami masih sempat menikmati secangkir coffee. Selama perjalanan Paris-Bruxelles, kami banyak bertukar pikiran/berdiskusi tentang rencana presentasi kami besok di ULB (Université Libre de Bruxelles). Sylvine menjelaskan beberapa hal yang aku belum mengerti dari paper kami.
Universite Libre de Bruxelles
Jam 16.45 Kami tiba di Gare du Midi-Bruxelles, Station ini cukup besar dan menjadi pusat pertemuan moda trasportasi mulai dari Bus, Tram, Train bahkan Taxi. Di dalamnya juga nampak berbagai toko. Sylvine menunjukkan alamat Hôtel de France, tempat kami akan menginap malam ini, tak terlalu sulit menemukannya karena terletak di jalan besar tak jauh dari Gare du Midi. Selesai check in, Sylvine memintaku untuk bertemu lagi pukul 19.00, sekaligus makan malam.
Parkiran sepeda sewa di Ave. Stalingard
Setelah meletakkan ransel di kamar, bergegas aku menuju pusat kota, yang menurut petugas Front Office tak terlalu jauh. Berbekal peta dari hotel kususuri Avenue Stalingard laan- Zuistraad du midi, aku baru sadar kalau daerah ini dihuni sebagian besar oleh umat muslim yang berasal dari MAGHREB (Negara-negara di Afrika Utara, seperti: Mesir,Tunisia, Maroko, Aljazair) karena sepanjang jalan banyak kujumpai toko-toko bernuansa Timur Tengah, begitu juga orang yang berlalu lalang berbicara dengan bahasa arab.
"Nonton" anak kecil pipis - Manneken Pis
Kuikuti papan petunjuk arah ke “Manneken Pis’’ yang menjadi icon–nya kota Bruxelles bahkan negara Belgia, Viola…akhirnya aku tiba di perempatan Rue de l'Etuve 46, jalan kecil yang ramai sekali. Oh ternyata inilah lokasi patung anak kecil yang pipis itu. Bayangan akan patung sebesar anak kecil, Buyarrr!!!, ternyata ukuran patungnya tak lebih besar dari patung boneka bayi..ha..ha..ha.. Tapi anehnya penuh sesak dengan orang yang ingin melihatnya, bahkan berphoto didepannya, ckckck.
Toko-toko souvenir yang padat pengunjung
Dikiri-kananya berjejer toko–toko yang menjual berbagai souvenir dan juga waffel khas Brussel. Kusempatkan membeli beberapa postcard dan patung kecil manneken pis sebagai souvenir. Berjalan kerah utara tak jauh dari patung manneken pis tadi, aku berada Grand Place-Grote Market Wow luar biasa, bagus sekali ornamen banguna-bangunan yang mengelilingi The Brussels Town Hal mulai dari The Maison du Roi, hingga Guildhalls 
Upps, sudah jam 18.30 aku harus kembali ke hotel, kuambil steenstrat/rue des pierres, jalan lain yang memutar untuk kembali menuju hotel tempatku menginap, dikiri-kanan kulihat banyak sekali Pub/Bar dengan hiasan bendera warna-warni (rainbow flag). Namun ada yang aneh karena sepanjang jalan tak kulihat satupun perempuan. Ya ampun ternyata ini distric GAY!!!!, ya Belgia memang menjadi salah satu tujuan utama wisatawan  gay, bahkan secara resmi dalam website pariwisatanya www.belgiumtheplaceto.be, ditawarkan wisata jenis ini.
District "Rainbow"
Kupercepat langkahku, 10 menit sebelum pukul 19.00 aku sudah sampai dikamarku. Mandi super kilat dan  berganti pakaian, Jam 19.00 aku sudah siap di lobby hotel. Tak lama Sylvine muncul dengan materi presentasi kami. Tawaran Sylvine untuk berdiskusi sambil menikmati makan malam langsung ku-iya-kan. Malam ini kami menikmati menu seafood a’la Maroko. Tak lama kami sudah kembali ke hotel karena besok kami harus bangun pagi-pagi.

Kamis, 07 Juni 2012

Belajar "Gamelan" dan "Wayang" dari anak-anak Perancis???

Pedalang "Cilik"

Angers, 6 Juni 2012, Setelah pertemuan semalam antara PPI Angers dengan Prof, DR, Syafsir Akhlus, M.Sc., Atase Pendidikan KBRI Perancis, Pagi ini kami kembali menemani beliau dan stafnya Ibu  Saraswati Wardhany, untuk mengunjungi salah satu galeri music etnis yang ada di kota Angers.
Suasana makan malam bersama PPI Angers & Atase Pendidikan KBRI-Perancis
Sesuai dengan kesepakatan kami akan bertemu jam 09.30  di depan La Gare St.Laud Angers, karena Galeri Sonore yang akan kami kunjungi tak jauh letaknya dari sana.
Lokasi Galeri Sonore
Hanya sebagian saja dari temen-teman PPI-Angers yang bisa pergi hari ini, karena yang lain sibuk dengan bimbingan dan persiapan Thesis mereka. Dengan menyusuri Rue de Letanduere dan rue Evain, akhirnya kami sampai di sebuah taman Parc du Pin. Taman yang berada di tengah pemukiman padat ini mirip dengan hutan kecil dengan pohon-pohon besar yang umurnya mungkin sudah beratus-ratus tahun, dengan tanaman semak-semak yang berbunga harum semerbak. Ditengahnya berdiri kokoh bangunan megah mirip Château yang selama ini aku sering lihat, namun ukurannya lebih kecil. Dikiri-kananya nampak Play-grounds yang penuh dengan anak-anak.
Chateau du Pin/Galeri Sonore
Tak lama kami sudah disambut oleh M.Kalak BEN AZZOUZ, directour dan Guy CHAPET President Galerie Sonore. Dengan penjelasan singkat tentang Galerie Sonore ini yang ternyata merupakan Pusat Penelitian Nasional Metode Pendidikan (Centre National de Recherché Pedagogique), selanjutnya kami diajak masuk kedalam Mini Chateau yang ternyata juga sebagai Museum alat music etnik dari seluruh dunia. 
Calon Pedalang-pedalang "Internasional"
Diruangan pertama kami sale de typologie ditunjukkan berbagai alat music gesek yang menggunakan senar, baik yang dipetik maupun yang digesek, bahkan dia sempat memperlihatkan sebuah alat music yang dimainkan dengan cara ditiup dari salah satu  suku di Africa. 

Masuk keruangan kedua sale afro-cubaine yang mengkoleksi semua alat music yang dipukul; gong, lonceng, genta sebagian besar yang berasal dari wilayah Carribian. O la la… salah satu pojok ruangan kulihat alat music ANGKLUNG!!! 
Angklung Koleksi Galeri Sonore
Ya alat music Indonesia yang oleh UNESCO dimasukkan ke dalam daftar representatif budaya takbenda warisan manusia (intangible cultural heritage of humanity). Lengkap!!! 

Diruangan ketiga sale du monde arabe  kami diperlihatkan semua alat music tambur dari  wilayah Timur tengah dan Magreb, beliau juga memperagakan cara penggunaannya, he..he..he.. jadi ingat Marawis.
Gendang-gendang asli dari Afrika
Masuk keruangan ke empat sale d’Afrique ditampilkan berbagai jenis alat music gendang, dari Afrika, Asia (Jepang, bahkan Indonesia juga ada: Bedug) 
Barong Bali
Kami juga diajak untuk melihat koleksi rahasia mereka yang belum dipajang. Dalam ruangan penyimpanan ini kami menemukan koleksi berharga yaitu BARONG BALI, lengkap dengan gong Bali. Wowww bangganya!!! 
Tapi ada yang lebih membanggakan lagi saat kami ditunjukkan ruangan terakhir, yaitu , Salle d’Indonesie sebuah ruangan besar yang didedikasikan untuk alat kesenian “Indonesia” disini terdapat 1 set lengkap “Gamelan Jawa” berikut dengan Kelir  (Layar) untuk  wayang kulit.
Anglung, Gamelan dan Rampak gendang Sunda
Selesai “Snack Time” dengan sajian jus, cookies serta buah kurma, M.Kalak BEN AZZOUZ memperlihatkan sesuatu yang mengejutkan sekaligus membanggakan kami semua. Kami diajak kembali keruangan Salle d’Indonesie Tadi. Tapi kali ini kami diajak untuk menikmati permainan dari anak-anak balita yang dengan senangnya memainkan Gamelan Jawa dan Wayang Kulit…. C’est Magnific!!!!

Aku sendiri sempat berbincang dengan sang pelatih, yang ternyata pernah belajar selama 3 tahun khusus tentang Gamelan dan pewayangan di P4TK Yogyakarta.

Muka-muka ceria memainkan music tradisional Indonesia
Bangga, haru  kami menyaksikan mereka, tapi juga khawatir dan cemas, apakah nanti anak-anak Indonesia harus belajar ke Perancis untuk memainkan alat music itu??????, karena sekarang para orang tua lebih bangga, kalau anaknya belajar alat music piano, gitar atau drum , dibanding dengan alat music tradisional, miris…….