Jumat, 30 Desember 2011

Sholat Jum'at di "Mosquee ABOU BAKR SIDIK" Angers - France

anneahira.com

 Jum’at, 30 Desember 2011
Alarm sudah berdering kencang… dua alarm (BB & SAMSUNG) sekaligus jam 05.00. Ahhh males banget bangun…

Kumatikan alarm, tiduran lagi…ahh, tak terasa aku baru bangun dua jam kemudian, jam 07.00. Wuisss pangilan alami datang (kebelet pipis). Sekaligus ambil air udhu, Subuh hari ini jam 06.58, jadi masih ada waktu…

Selesai Sholat Subuh, masuk lagi kedalam selimut…udara masih dingin sekali, sesuai dengan perkiraan cuaca, matahari baru terbit 08.49, errrghhhhh sudah ngak bisa tidur..tapi males bangun, ah sambil nonton film hasil download semalam ‘’Jenghis Khan’’ sepertinya menarik…
Cukup lama juga film ini, hampir 2 jam lebih. Lumayan menarik jalan ceritanya tentang sisi lain dari Jenghis Khan sebagai Kaisar paling berkuasa di di daratan Mongolia, China hingga ke Rusia.

Jam 11.30, aku sudah harus siap-siap untuk sholat Jum’at. Ini adalah sholat jum’at pertamaku selama di Perancis. Selama ini setiap hari Jum’at selalu ada kegiatan, apakah itu kelas, bimbingan atau apa saja (termasuk ketiduran he..he..) yang menghambat niatku untuk melaksanakan sholat Jum’at.
Karena tidak tahu pasti alamat  masjid di Angers, aku cek di google, ternyata ada 3 masjid di Angers, yaitu
  1.  Mosquee ABOU BAKR  milik Association Culturelle de Franche-Compté di 5, chemin des Montarmonts BESANCON (25000) 25 - Doubs 25000  
  2. Mosquee ABOU BAKR SIDIK milik Association des Musulmans d'Anger di 58, Boulevard du Doyenné ANGERS (49000) 49 - Maine et Loire 49000  - France
  3.  Association Culturelle Islamique Turque d'Angers milik Association des Musulmans  Turque d'Anger di 53, rue Parmentier ANGERS (49000) 49 - Maine et Loire 49000
Ah ternyata Mosquée ABOU BAKR SIDIK adalah yang paling dekat dari appartementku di  Verneau, apalagi lokasinya hanya seberang jalan dari Carrefour St.Serge.  Berdasarkan catatan  di tahun  2008, ada sekitar  2,125 Masjid diseluruh Perancis[1]

Tepat jam 12.00, aku sudah berada di Station Tram VERNEAU, kebetulan bertemu  dengan Bayu yang juga mau pergi ke Carrefour St.Serge. Saat naik dalam bus yang mengarah ke St.Serge, aku sudah melihat banyak orang-orang (terutama berwajah arab dan kulit hitam) menggunakan atribut muslim, seperti peci dan baju gamis ala timur tengah.
Mosquee ABOU BAKR SIDIK - Angers

Di depan Carrefour St.Serge aku dan bayu berpisah.. aku langsung menuju masjid yang jaraknya hanya ± 500m diseberang jalan Carrefour & Conforama. Jangan bayangkan bahwa bentuknya seperti mesjid di Indonesia yang selalu dilengkapi dengan kubah ataupun menara tinggi, Masjid ini lebih mirip gudang besar di tengah-tengah komplek pergudangan. Namun jika kita masuk kedalam gedung ini, akan terlihat hamparan  karpet sajadah yang hangat dan susunan rak-rak buku alkitab al-quran dikiri-kanannya.

Subhanallah….Ramai sekali mesjid ini, tak kusangka kaum muslimin di Angers ini banyak juga. Dari apa yang pernah aku baca, dari  63 juta lebih  penduduk Perancis ditahun 2011[2] , ada sekitar 5-6 juta orang kaum muslim, yang sebagian besar berasal dari Afrika Utara/Magreb (Algeria, Maroco, dan Tunisia)[3] sehingga tidak salah kalau Agama Islam (20%) menempati urutan Agama terbesar ke 2 setelah Katolik Roma 70%, diikuti oleh Yahudi/Judaism (1%) dan Buddish (1%), Sisanya “Atheis” (tidak beragama)[4]

Di Perancis sendiri ada 2 organisasi besar Islam yaitu French Council of Muslim Faith (CFCM): the "Federation of the French Muslims" (Fédération des musulmans de France) yang anggotannya sebagian besar berasal dari Maroko dan "Union of Islamic Organisations of France" (Union des organisations islamiques de France) (UOIF), yang anggotanya berasal dari seluruh kalangan muslim berbagai negara.

Saat aku memasuki areal masjid, beberapa orang memperhatikan aku, mungkin jarang buat mereka melihat orang asia sepertiku, apalagi mukaku seperti orang Cina. Sepertinya dari sekian ratus orang yang sholat hari ini hanya aku yang berasal dari Asia Tenggara.  Selesai berudhu, aku berusaha untuk masuk kedalam masjid…nampaknya sudah tidak ada tempat yang tersisa untukku. Akhirnya kuputuskan untuk sholat dipelataran masjid. Khotbah Jum’at dibawakan dalam bahasa Arab, yang menurut hitunganku cukup lama, hampir 1 jam!!!, Kuperhatikan banyak sekali variasi atau tata cara orang bersholat yang tak pernah kutemukan di Indonesia. Mulai dari cara berdiri, Takbir, hingga tahyad akhir. Mungkin mengikuti “mazhab” mereka masing-masing. Begitupula dengan warna kulit dan ras kaum muslim disini. 
Bubaran Masjid, layaknya "Pasar"

Selesai sholat, aku masih sempat mencicipi hidangan kurma dan roti serta susu yang disediakan oleh pengurus masjid di pelataran masjid. Yang menarik bagiku adalah setelah selesai sholat, semua orang bersalaman dan berpelukan, kemudian mereka “ngobrol” dihalaman masjid, sehingga seperti pasar kaget.
Barang-barang berlabel "Halal"
Semua Daging "Halal"
Sebelum pulang aku mampir terlebih dahulu ke Carrefour St.Serge, untuk membeli beberapa kebutuhan “dapurku” mulai dari telur, roti dan susu. Disini aku masih bertemu dengan beberapa orang yang tadi sama-sama sholat Jum’at. Seakan ada magnet, semua orang itu (muslim)  langsung menuju satu pojok  di dalam Carrefour St.Serge. Ya dipojok itu semua kebutuhan berlabel “Halal” dipajang, mulai dari daging, ayam, sosis hingga bumbu-bumbu khas timur tengah.  
Hujan gerimis, turun sepanjang perjalananku pulang ke Appartement Einstein. Kembali ke kamar dengan rutinitas “liburan” chating di Internet…..

[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Islam_in_France
[2] http://www.populationdata.net/index2.php?option=pays&pid=68
[3] http://en.wikipedia.org/wiki/Islam_in_France
[4] http://en.wikipedia.org/wiki/Religion_in_France

Kamis, 29 Desember 2011

St.Malo, Kota Perompak di Utara Perancis



Saint Malo

Minggu, 25 Desember 2011.
Dari semalam aku sudah menghubungi Hubert, melalui covoiturage.fr, dia yang akan memberi kami tumpangan hari ini ke St. Malo, dengan biaya 4€/orang, lebih murah 3x lipat dibanding jika harus naik bus 12€/orang atau naik TER 13,45€/orang.
Seperti kemarin pagi ini aku dan kang Robby, kembali mempersiapkan bekal makan siang kami di St.Malo nanti, Nasi goreng adalah andalan kami lagi yang membedakan adalah campurannya, hari ini kami campur dengan sosis dan telur dadar, pokoknya enakkk dah!!!(logat betawi)
jam 10.40 pagi Hubert berjanji akan menjemput kami di “Piscine Ville Jean”, Tak lama kami menunggu di sana muncullah sedan putih Ford-Focus.  Hubert seorang lelaki separuh baya yang memiliki kumis dan janggut panjang putih dengan badan yang besar/gemuk, menyambut kami dengan ramah.
Fort Nasional
Hubert adalah seorang pegawai pelabuhan, yang tinggal di Rennes namun keluarganya ada di St.Malo, Selama perjalanan ia menjelaskan tentang semua yang kami lihat dikiri-kanan jalan dan tentang peraturan lalu lintas termasuk tentang no polisi dan radar pengintai kecepatan mobil di jalan tol yang kami lalui, walau kadang kami tidak mengerti istilah-istilah yang ia gunakan.
Pantai St.Malo
Jam 11.30 kami tiba di St.Malo, oleh Hubert kami diturunkan tepat di depan Fort Nasional, dia menawarkan kami untuk pulang ke Rennes dengannya jam 18.00  nanti. Wah senang sekali kami akan tawarannya.  Didepan mata sudah nampak hamparan pantai panjang yang landai  dan berpasir coklat, namun angin laut sangat dingin berkisar 1°C - 4°C, Berdasarkan penjelasan Hubert, pantai menjadi tujuan utama para wisatawan lokal maupun asing disaat musim panas, sehingga tidak heran kalau sepanjang pantai tampak berjajar hotel-hotel.
Fort Nasional adalah sebuah pulau kecil yang berada ditepi pantai, yang dahulu digunakan sebagai menara pengawas pantai, selain itu juga ada Petit be, sebuah pulau kecil lainnya yang digunakan sama seperti Fort Nasional.
Depan tugu Jacques Cartier
Selesai mengunjungi Fort Nasional, kami lanjutkan dengan menyusuri Benteng besar yang mengelilingi The Wallet City (La Ville Intra-Muros), kota kecil dalam benteng ini sangat unik dengan bentuk rumah yang hampir sama, kami sempat berphoto di bawah patung Jacques Cartier, seorang penjelajah yang pertama kali menemukan Canada.  Dari St.Malo tersedia ferry yang melayani perjalanan ke Poole, Portmouth dan Weymouth yang berada di Ingris, dengan menyebrangi Selat Inggris (English Channel).
Selesai mengelilingi benteng St.Malo, kami menyusuri Wallet City (kota burung laying-layang), karena hari ini adalah hari Minggu dan juga Natal (Christmas) kota ini benar-benar layaknya kota tak berpenghuni/hantu. Semua toko tutup, hanya ada 1-2 orang yang berlalu lalang, mungkin semua orang berdiam didalam rumah, berkumpul dengan keluarga merayakan natal.
The Wallet City

The Wallet City
Saat di dekat benteng tadi kami sempat menikmati bekal kami untuk makan siang, sekarang kami mencari secangkir kopi atau coklat panas untuk menghangatkan tubuh. Ternyata di depan pintu gerbang utama The Wallet City banyak café dan restaurant yang buka, dan sangat penuh oleh para wisatawan maupun penduduk yang makan siang guna merayakan natal besama keluarga. Kami memilih salah satu restaurant yang tak terlalu penuh dengan tamu, dan memesan Capucino dan Café long serta 3 porsi creperie, karena Creperie St.Malo sangat terkenal kelezatannya, selain harganyanya juga tak terlalu mahal.
Yatch Harbour
Badan kami sudah kembali hangat setelah meikmati kopi  dan Creperie, perjalanan kami lanjutkan untuk menyisiri bagian luar The Wallet City, Nampak pelabuhan (Yatch Harbour) yang cukup besar guna menampung kapal-kapal mewah milik perorangan. Sempat beberapa photo kami ambil disini.
Gare St.Malo

Jam 16.00, Sambil menyusuri jalan utama, kami mencari la Gare St.Malo untuk mencari tahu jadwal TER ke RENNES (Jaga-jaga kalau Hubert berhalangan). Posisi Gare tepat berada dipusat kota St.Malo, ternyata TER berangkat setiap 30 menit dari St.Malo ke Rennes. Aku sempat mampir ke Tabac di La Gare untuk membeli beberapa Souvenir St.Malo, tapi harganya cukup mahal, tapi tak apalah…karena hanya ini toko yang buka.
Depan The Wallet City
Kami memutuskan untuk kembali menggunakan omprengan (murah….), sehingga kembali kuhubungi  Hubert bahwa kami akan menunggunya di La Gare, Alhamdulillah ia menyanggupi. Tak lama ia sudah muncul membawa kami kembali ke Rennes, Dia menanyakan apakah kami senang mengunjungi St.Malo? ia juga menerangkan tentang kondisi ibunya yang sedang dirawat di RS. St.Malo karena penyakit Alzheimer (pikun).
Jam 19.30 kami sudah tiba kembali di Rennes, bahkan oleh Hubert kami diantar sampai depan appartement Kang Robby, baik sekali orang ini…..

Mont Saint Michel Impian Para Turis


Sabtu, 24 Desember 2011
Mont St.Michel

Jam 06.00 aku sudah bangun, selesai sholat tahajud, aku menyiapkan bekal makanan yang akan kami bawa nanti (lumayan untuk penghematan). Nasi goreng dengan campuran Daging (Sisa Rendang semalam), Udang, dan Nugget Ayam, cukup lezat rasanya.
Bus Keolis ke Mont St.Michel
Jam 09.30 kami berangkat menuju La Gare, jadwal bus kami adalah jam 10.30. begitu tiba di La gare kami langsung membeli tiket bus yang harganya 11.50, Di dalam bus ternyata sudah penuh dengan penumpang yang semuanya berasal dari “Asia” dari bahasa yang mereka gunakan bisa kutebak kalau mereka berasal dari Jepang, Korea, China dan India, plus 3 orang Indonesia (kami).
Saat bus akan berangkat ada kejadian  yang mengelikan bagiku yaitu saat sang sopir men “translate” peringatan untuk tidak makan/minum di bus setelah ia menyampaikan dalam bahasa Perancis “interdit de manger et boire dans le bus’’ kemudian ia mentranslatenya dalam bahasa inggris ‘’ I don’know what you eat’’ yang kalau di artikan ‘’Saya tidak tahu apa yang anda makan’’ kami semua tersenyum simpul…ha..ha.. ternyata  “parah’’ bahasa Inggrisnya si sopir ini.
Perjalanan dari Rennes – Mont St. Michel,  kami tempuh 1 ½ jam ke arah utara, cuaca hari ini bagus sekali, matahari bersinar terang, namun tetap saja udaranya dingin sekali.  Pemandangan sepanjang jalan tak jauh beda dengan pemandangan dari Angers ke Rannes, dikiri-kanan penuh dengan perkebunan sayur mayur dan hamparan rumput luas berikut dengan sapi dan domba.
Mont St.Michel
dari jauh sudah nampak bukit bangunan gereja tua di puncaknya. Para penumpang bus sibuk mengabadikannya dengan bermacam jenis kamera yang mereka miliki.
Begitu kami sampai di terminal bus yang lokasinya tepat berada di depan pintu masuk ke Mont St. Michel, sudah banyak pengunjung yang datang rata-rata dengan kendaraan pribadi. Bangunan yang awalnya sebagai gereja, dan sempat menjadi penjara, saat ini telah menjadi ikon pariwisata ke 2 setelah Menara Eifel sebagai objek wisata di Perancis.
Saat memasuki Mont St. Michel, kita akan disambut dengan jalanan batu yang disebut “Cour de l’Avancee” yang menanjak dan Gerbang “Bevole” yang dibangun tahun 1590 oleh Gabriel du pay, menjadi awal menuju gereja besar dipuncak yang disebut “The Abbey” , sepanjamg jalan kecil ini kita akan menjumpai berbagai toko souvenir yang menjajakan berbagai jenis Souvenir khas Mont St. Michel  mulai dari pakaian , keramik, pernak-pernik lainnya hingga ke makanan.
@ Abbey
Mont St. Michel sering di sebut sebagai “Merveille de l’Occident” (Keajaiban dari Barat) memiliki architecture yang terindah dan menjadi tujuan utama para wisatawan yang datang ke Perancis. Pulau karang yang berada di tengah laut dengan luas sekitar 1km² dan tinggi 80m dari permukaan laut. Berawal dari  impian St.Aubert, seorang pendeta Avranches, di tahun 708 yang menginginkan gereja sebagai pusat keagamaan dan ziarah dipulau kecil tersebut.
Sebelumnya (abad 6 & 7) pulau kecil ini bernama "Monte Tombe" dan digunakan sebagai benteng Kaum Armorican sebagai pusat budaya dan kekuasaan dari Romano-Breton, sampai akhirnya jatuh ketangan kaum Frank, dengan demikian mengakhiri budaya trans-channel yang sudah berdiri sejak Roma di 460.
Abbey
Tempat ini menjadi sangat penting dan strategis di 933 ketika William "Long Sword", William I, Duke of Normandy, menguasai Semenanjung Cotentin, dan menenpatkan pulau ini sebagai kekuasaannya di Normandia.
Di tahun 1469,  Louis XI dari Perancis bermaksud menjadikan gereja Mont Saint-Michel menjadi kapel untuk Ordo Santo Michael Orde, tetapi karena jarak yang besar dari Paris, niatnya tidak pernah dapat direalisasikan.
La Vieille Auberge
Namun, popularitas dan prestise sebagai pusat ziarah berkurang pada masa Reformasi, dan pada saat Revolusi Prancis ada hampir tidak ada biarawan yang datang ke gereja ini,  Hingga biara ini ditutup dan diubah menjadi penjara, awalnya untuk menahan para  tahanan politik, agamawan  dan yang melawan  rezim republik. 1836, Tokoh-tokoh berpengaruh termasuk Victor Hugo, mengkampanye kan  untuk mengembalikan apa yang  mereka lihat sebagai harta karun arsitektur nasional. Penjara itu akhirnya ditutup pada 1863, dan Mount St. Michel dinyatakan sebagai monumen bersejarah pada tahun 1874. Mont-Saint-Michel ditambahkan ke daftar UNESCO Situs Warisan Dunia pada tahun 1979, dan terdaftar sebagai peningalan  budaya, sejarah, dan arsitektur, serta keindahan yang diciptakan manusia dan alam.
Pemandangan laut sangat terasa indah ditambah dengan dinginnya angin laut, menambah kesan agungnya gereja ini. Puas berkeliling dan mengunjungi setiap sudut Gereja “Abbey” kami mengunjungi beberapa toko souvenir yang ada di bawah. Lumayan banyak souvenir yang aku beli, hitung-hitung kapan lagi akan mampir kesini.
Center of Abbey
Waktu sudah menunjukkan jam 13.30, perut sudah bernyanyi “lapar”, segera kami mencari tempat yang nyaman untuk menikmati bekal makan siang telah kami siapkan dari RENNES. Akhirnya di jalan sepi di antara hotel-hotel kecil di Mont St.Michel kami menikmati makan siang kami. Udara dingin menambah nikmatnya makan siang kami.
Selesai makan siang, kami melanjutkan berjalan ke jalan utama yang kami lalui dengan bus tadi untuk mendapatkan gambar Mont St.Michel secara utuh. Saat sibuk mengambil photo kami sempat berkenalan dengan seorang wisatawan yang berasal dari “Selatan Dunia” Australia!!!, wowww jauh banget.
Jam 14.30, kami memutuskan kembali ke RENNES lebih sore, buat belanja-belanja,  apalagi besok kami masih harus ke St.Malo, Kota pantai yang terkenal di utara Perancis.
Malam ini kami pesta keong laut yang dimasak dengan jamur oleh kang ucu, nikmat juga rasanya setelah seharian berwisata ke Mont St. Michel.

Dahsyat!!!! Penampilan 4D "Illumination de la Marie de Rennes"


Jum’at 23 Desember 2011.
Illumination de la Marie de Rennes
Ya ampun pagi ini udara dingin sekali, padahal aku tidur sudah dengan sweater dan kaos kaki, plus selimut tebal, tapi tetap saja dingin.
Jam 06.00 semua alarm di Black Bery maupun di Samsung berbunyi nyaring…saling sahut menyahut… Malas keluar dari selimut, tapi kupaksakan juga ke WC, karena pangilan toilet (kebelet pipis), saat berudhu air serasa es, mengigil aku.
Selesai sholat Tahajud, kunyalakan laptop untuk mendengarkan berita tentang Indonesia, melalui TVone ataupun Metro TV, sambil mengecek kembali konfirmasi tumpangan di covoiturage.fr. Hari ini aku akan pergi ke RENNES ibukota dari Region ‘’Bretagne’’dengan ikut tumpangan mobil orang lain (omprengan), di Perancis lebih dikenal dengan istilah ‘’covoiturage’’ dimana seseorang dapat mempublikasikan di internet jika ia mengundang orang lain untuk ikut dengan kendaraannya dengan membayar 3x lebih murah jika dibanding dengan BUS atau KERETA, sebagai gambaran dari Angers ke Rennes jika menggunakan bus KEOLIS biayanya 13,50€ atau dengan TGV biayanya 18,00€. Sedang dengan covoiturage aku cuma perlu membayar 5€, irit sekali kan.
Rendevous (Janjian) dengan Marc P, pemilik kendaraan yang aku gunakan untuk ke Rennes jam 13.00 nanti siang di Tram Sation VERNEAU sudah confirm.
Jam 08.00 kulihat dikulkas masih banyak sisa sayuran, yang kalau kutinggalkan lebih dari 2 hari pasti busuk. Akhirnya kuputuskan untuk memasak tumis sayur campur-campur. Tapi masih juga ada sisa sayur ya sudahlah..nanti aku ‘’Donasikan” ke Bayu saja, siapa tahu bermanfaat.
Jam 09.00 sambil memasak, “skype” dengan anak dan istriku… senang juga mendengar cerita tentang liburan mereka.
Jam 11.00, dengan bersepeda aku pergi ke Lecrec hypermarket yang paling dekat dengan appartementku untuk membeli handuk kecil yang perlu aku bawa ke Rennes. Ya ampun bibirku perih sekali, karena udara dingin… untung aku sudah menggunakan 3 lapis pakaian selain jaket jadi badanku tidak terlalu dingin.
Jam 12.00 aku sudah kembali lagi ke appartement, ku cek kembali tas ransel yang akan kubawa ke Rennes, lengkap… Segera meluncur ke Tram Station Verneau, jam 12.30 aku sudah tiba disana, bertemu lelaki besar berkulit hitam namun ramah, namanya Rafha, dia ternyata juga ikut ke Rennes bersama Marc P, tak lama muncul Michel seorang lelaki perancis yang memiliki paras cukup menarik, tak heran kalau ia memperkenalkan diri sebagai seorang marketing perusahaan asuransi di Angers.
Tak lama menunggu mobil Renault putih yang dikendarai oleh Marc P muncul. Marc seorang lelaki separuh baya dengan rambut ikalnya, cukup ramah menyambut kami bertiga sebagai penumpangnya. Saat perjalanan dimulai kami saling memperkenalkan diri, aku jelaskan ke mereka kalau bahasa Perancisku masih belum fasih. Tapi mereka ternyata sangat menghargai usaha kerasku untuk berbicara bahasa perancis.
Perjalanan 1 ½ jam sangat menyenangkan, pemandangan sepanjang jalan dipenuhi dengan lapangan rumput lengkap dengan sapi-sapi yang berkeliaran bebas, pertanian bunga hops (sebagai bahan aroma beer) dan  sayur-mayur.
Masjid di Universite Rennes 2
Jam 13.50 kami sudah tiba di Metro Station Poteire – Rennes, setelah membayar 5€, aku melanjutkan perjalanan ke station Ville Jean untuk bertemu dengan kang Ucu (mahasiswa S2 beasiswa dari Nestle di  Agro Campus Rennes) dengan Metro hanya butuh waktu ½ jam. Yang membuatku kagum metro (tram) ini tidak memiliki kondektur, tapi otomatis berjalan sendiri digerakkan oleh listrik, luar biasa hebatnya.
Saat di Ville Jean, kang ucu belum terlihat, saat kutelpon terdengar suara azan, ternyata dia berada di masjid yang tak jauh dari station metro, kang ucu menungguku di masjid. Alhamdulilah aku bisa sholat di masjid hari ini, paling tidak sebagai penganti sholat jum’at yang tidak bisa kuikuti hari ini. Di perancis, jarang sekali menggunakan istilah mosque (masjid) lebih banyak menggunakan istilah Culture Centre d’Islamic (Pusat Budaya Islam)
Setelah sholat ashar, aku bersama kang ucu menuju apartement kang Robby (Mahasiswa S3 beasiswa dari DIKTI dan juga teman saat di CCF Jakarta yang kuliah di INRA – Angro Campus). Tak lama kami sampai,  kang Robby juga tiba dari INRA. Sebagai menu makan malam, kang robby memasak “rendang” (dengan bumbu Instant). Wow nikmat juga rasanya…
Illumination de la Marie de Rennes
Jam 18.30 Selesai sholat  magrib, kami pergi ke la Gare untuk mencari informasi tentang bus/kereta ke “Mont St.Michel” yang akan kami kunjungi besok pagi. Jika dibandingkan dengan NANTES (Ibukota Region Pays de la Loire). RENNES lebih besar dan lebih teratur, dan termasuk salah satu kota pelajar di Perancis, jadi tak heran jika kita akan menemui banyak sekali anak muda terutama pelajar/mahasiswa di kota ini.
Illumination de la Marie de Rennes
Setelah mendapatkan info tentang jadwal & harga tiket bus ke Mont St. Michel, kami berjalan-jalan ke centre Ville, apalagi tiap lima 15 menit ada pertunjukan 4D ‘’Illumination de la Mairie de Rennes‘’ di  Hôtel de ville de Rennes (marie) http://www.youtube.com/watch?v=CRia7TbFTNY&feature=related
Me & Kang Ucu
Luar biasa pertunjukannya, walau Cuma 15 menit, namun permainan cahaya dan laser, mampu membuat seluruh pengunjung bedecak kagum. Selesai menyaksikan pertunjukkan di Maire, kami memutuskan untuk mencoba ‘’Creperie’’  Bretagne yang terkenal di salah satu restaurant dekat  Palais du Republique. Ehm nikmat juga Creperie dengan isi pisang dan saus coklat, ditambah dengan minuman coklat hangat, cukup untuk mengurangi dingin udara malam yang berkisar 1-5°C. Pulang ke appartement kang Robby dengan berjalan kaki (30 menit) menyusuri kanal-kanal di tengah kota Rennes, cukup menyenangkan.

RENNES ibukota Brittagne, France


Senin, 26 Desember 2011
Pagi ini, kang Robby sudah kembali beraktifitas di  INRA, karena disini ia berkerja di Lab, yang tidak meliburkan karyawannya.
L'eglise st.Geman
Hari ini aku merencanakan untuk berkeliling kota RENNES, karena di hari pertama hanya beberapa bagian saja yang sempat aku kunjungi, itupun dimalam hari. Ada banyak tempat yang ingin aku kunjungi, semuanya sudah aku tulis dalam notes kecilku, mulai dari Jardin du Thambor, Palais du Commerce, Parlement de Bretagne hingga L’Eglise St. German.
Palais de Republique/Palais du Commerce
Kang Robby menyarankan untuk berangkat setelah makan siang, selain udara pagi masih dingin, toko-toko juga masih banyak yang belum buka. Jam 13.30 Setelah makan siang, aku menuju Palais de la Republique (Palais du Commerce), sebagai tempat pertama yang ku kunjungi. Kulihat kegiatan perkotaan sudah mulai normal toko-toko sudah mulai buka, jadi dimana-mana sudah ramai dengan orang berlalu-lalang. 
Hotel de Ville (Maire)
Kemudian melihat Hotel de Ville (Maire) yang sempat kulihat di malam pertama saat tima di Rennes, tepat didepannya adalah Theatre du Rennes, Karena ini merupakan balai kota, maka wajarlah jika banyak orang menjadikannya sebagai ‘’Meeting Point’’, hanya berjarak 1 blok dari Maire aku melihat Gedung Parlement du Bretagne, yang menarik adalah Jam matahari yang berada tepat diatas Pintu utamanya.
Parlement de Bretagne
Jardin du Thambor
Kulanjutkan perjalannku menyusuri kota Rennes, mulai dari melihat bangunan-bangunan tua yang menarik dan ber gaya arsitektur renaisance maupun gaya gothic.  Aku juga sempat mampir ke Jardin du Thambor, sebuah taman besar yang berada ditengah kota Rennes, sayang aku datang dimusim dingin, karena jika datang di musim semi, maka akan nampak taman bunga terutama bunga mawar dari berbagai warna yang berasal dari berbagai negara.



Lelah menyusuri sebagian kota Rennes, aku mampir ke Carrefour city untuk sekedar membeli roti dan jus, udara dingin ini membuatku cepat haus dan lapar. Kunikmati di lapangan dekat St.Anne. Perjalanan kulanjutkan untuk mengunjungi Place des Lices, tempat dimana banyak bangunan-bangunan tua yang berasal dari abad ke 16 dengan arsitektur Medieval dengan kayu sebagai tulang bangunanya.
Places de Lices
Places de Lices
Disini kutemukan banyak sekali kedai-kedai kopi yang penuh dengan orang-orang muda, sebagai tempat ‘’Hang Out’’ menghabiskan sore hari. Di sini juga terdapat pasar tradisional, namun sayang sore ini sudah tutup. Selesai mengunjungi tempat-tempat yang menarik di seputar kota Rennes aku kembali lagi ke Maire, dalam perjalanan, aku mampir ke toko jam ‘’Swatch’’ untuk melihat koleksi yang mereka miliki, karena sepertinya lebih besar dan pastinya lebih banyak koleksinya, dibanding dengan yang ada di Angers, Benar saja, aku tertarik pada satu model jam perempuan yang tipis, namun sangat elegan….ehm ini cocok buat mantan pacarku (istriku sekarang) Harga.. ???? tak jadi soal.
Selesai membayar aku segera kembali ke melanjutkan perjalanan ke Maire, untuk sekedar mampir ke Tabac yang menjual souvenir, Jam sudah menunjukkan pukul 18.00, kakiku juga sudah cukup letih…waktunya untuk kembali ke appartement kang robby.
Malam ini aku juga harus mengkonfirmasi tumpangaku untuk pulang ke Angers. Setelah ku telpon Antoine, pemilik kendaraan yang akan aku tumpangi besok menyanggupi untuk menungguku di Potiere jam 06.20 (wah pastinya masih gelap dan dingin sekali….tapi tak apalah…irittt)

Senin, 05 Desember 2011

Visa Long Sejour - Nantes


JUM’AT 2 DECEMBER 2011
Pagi ini seperti biasa aktivitasku, bangun pagi, sholat thajud dan sekarang menikmati siaran berita siang di TV One atau liputan Siang di Metro TV (via Mivo TV) menjadi kegemaran baruku. Paling tidak selalu up to date perkembangan di tanah air.

Ping!!! (BBM) dari istriku, menanyakan kegiatanku hari ini, kukatakan aku masih bingung pagi ini, apakah aku akan berangkat ke Nantes atau tidak, karena emailku ke Nantes@ofii.fr dari semalam belum juga ada jawabannya. “Coba hubungi orang kampus, minta bantuan mereka!” begitu saran istriku.

Jam 08.30 atas saran istriku aku langsung berangkat ke kampus Belle Beille, Direction des Relations Internationales untuk menemui DELPHIN LEBRETON assiten dari Mme CATHERINE BARRETEAU yang selama ini banyak membantuku.

Guna menjaga-jaga jikalau ternyata tidak ada jawaban dari ofii, ku email terlebih dulu SYLVINE, untuk tetap bisa bertemu dengannya jam 15.00 sore nanti. Semalam pak Sabri juga menginformasikan jika hari ini akan ada kelas Mme GUINNET jam 09.30 di meeting room. Karena yakin pasti akan terlambat, ku BBM pak sabri, kalau aku akan datang terlambat ½ - 1 jam.

Sampai di kampus Belle-Beille aku langsung menuju Pole Accueil Direction des Relations Internationales, tapi pintu ruangan Delphin masih tertutup. Sambil menunggu aku menuju Biblioteque di gedung belakang, sekalian mencari info tentang M.Dominique Dubois (yang pernah menjadi Atase pendidikan- Kedutaan Perancis di Jakarta).

Tak terasa waktu sudah 30 menit, aku berda di biblioteque, langsung aku kembali ke ruangan delphin, a.ha…. dia sudah datang, tapi masih ada Mme barreteau yang sedang berdiskusi dengannya. Akhirnya ia mempersilakanku masuk, kuceritakan tentang  kronologis informasi tentang ‘’envoce OFII’’ tersebut. Seperti biasa, Delphin sangat repon sekali, ia langsung mencoba menghubungi partnernya yang bekerja di OFII Nantes, karena tidak ada jawaban dicobanya via email, sambil menunggu jawaban email, Delpin menyarankanku untuk tetap pergi ke Nantes, dengan pertimbangan, jika ternyata info itu  benar dan aku tidak datang, maka akan sulit sekali bagiku untuk mendapatkan janji kembali. Apalagi sekarang sudah bulan Desember.

‘’Saya akan tetap berusaha menghubungi temanku di Nantes, begitu ada khabar terbaru akan segera menghubungi kamu! ‘’ kata Delpin meyakinkanku. Aku juga mendapatkan kepastian darinya bahwa semester depan aku masih bisa mengikuti program bahasa Perancis dan budaya Perancis yang diadakan oleh  Direction des Relations Internationales. 

Segera aku kembali ke kampus St. Serge untuk mengikuti kuliah Scientif Writing dengan Mme. Guinnet. Jam 11.30 Delphin menelponku, belum ada jawaban dari temannya, tapi ia sangat menyarankan untuk pergi ke Nantes. Dengan berbekal keyakinan, begitu selesai kelas, aku segera menuju La Gare membeli tiket TER ke Nantes, Tiket TER cukup mahal 28,80E pulang-pergi.

Jam 12.30 aku berangkat dari Angers, tak terasa 45 menit  aku sudah tiba di Nantes. Karena sudah pernah ke Nantes sebelumnya (30 Nov yang lalu bersama dengan teman-teman dari ISTIA). Apalagi Rendevous yang kuterima jam 15.00, jadi masih banyak waktu, sehingga kuputuskan untuk bejalan kaki saja ke OFII Office yang jaraknya ± 3 km  dari La Gare Nantes, sekalian ke toko Asia di Douffy Street 


Sambil menikmati kota Nantes, kuabadikan beberapa photo menarik terutama yang berkaitan dengan ‘’sepeda’’.  Hand Phone ‘’SAMSUNG’’ ku yang selalu setia menjadi perekam kegiatanku selama ini. Tujuan pertamaku ke toko Asia, disini ternyata banyak sekali jenis makanan dari Asia, mulai dari Cina,Thailand,Vietnam dan Malaysia. Sedang makanan dari Indonesia, cuma ada 2 jenis, yaitu: Sambal ABC dan Indomie (Kari, Ayam dan Mie Goreng). Tapi kuputuskan untuk tidak membeli Indomie, selain harganya mahal (0,50E/bungkus) ukurannya juga 2x lebih kecil jika dibandingkan   Mie Goreng atau Mie Ramen produksi Thailand yantg harganya hanya 0,75E/bungkus. Kubeli 3 botol sambal ABC (2 botol untukku dan 1 botol untuk Bayu). 

Selesai berbelanja kulanjutkan perjalanan menuju OFII office, sambil mem ‘Photo’’ beberapa objek yang menarik mulai dari gereja St. Croix sampai dengan Tour de Bretagne (Menara Bretagne)

Jam 14.30, aku sudah tiba di OFII, walau lebih awal 30 menit, kutanyakan ke petugas penerima tamu, apakah ada namaku untuk jadwal hari ini. (sambil berdo’a semoga ada). ‘’Apakah anda membawa passport dan seluruh dokumen kelengkapannya, Monsieur?’’ Tanya perempuan petugas penerima tamu. Kutunjukkan semua dokumen yang kubawa (OFII Timbre, passport, photo, dan attestation hebergement). Kenapa anda baru datang sekarang? Seharusnya anda datang tanggal 25 Oktober yang lalu!!’’ lanjut petugas seperti polisi. ‘’Saya tidak pernah menerima surat ataupun email dari OFII selama ini. Sekarangpun saya datang karena kemarin, saya menerima telpon dari OFII office, jadi saya nekat datang kesini !, syukur kalau nama saya ada’’ panjang lebar aku menjawab pertanyaan si petugas walau dengan bahasa yang pas-pasan  (yang penting ia mengerti)

Segera ia memberikan se-paket dokumen yang  nantinya akan diisi oleh petugas medic dan dokter. Aku dipersilakan untuk menunggu di ruang tunggu, disana sudah banyak orang asing yang aku yakin semuanya juga mahasiswa sepertiku, mulai dari Cina, Tunisia, Mali, Jerman, Polandia, entah dari Negara manalagi….

Tak lama aku dipanggil untuk pemeriksaan phisik (tinggi, berat dan mata) kemudian X-ray dan terakhir tekanan darah dan riwayat kesehatan oleh dokter. Selesai pemeriksaan kesehatan aku dipersilakan untuk menunggu kembali diruangan awal saat aku datang. Sambil menunggu, kutanyakan tentang nasib ke 2 temanku (Alce dan Bayu) yang seharusnya mereka dapat schedule lebih awal dariku, karena mereka datang 1 bulan lebih awal dariku.

Petugas menyampaikan kalau keduanya juga sudah dijadwalkan lebih awal (Bayu; 11 Nov 2011 dan Alce;25 Oktober 2011) kusampaikan bahwa mereka sama sekali belum mendapatkan surat atau email dari OFII. Dia meminta no telpon Alce & Bayu untuk di telp minggu depan.

Tak lama petugas administrasi, menemuiku dan menyerahkan passportku yang sudah ditempel deng VLS (Visa Long Sejour) Asyik…berarti sudah lengkap semua persyaratan administrasiku. Dengan VLS aku juga sudah bisa keluar Perancis, mengunjungi Jeman, Belgia, Belanda, Italy atapun Spanyol. Ya mudah-mudahan tawaran Robby (S-3 di INRA Rennes) untuk jalan-jalan ke Jerman di akhir tahun jadi kenyataan…

Tak terasa waktu sudah sore, kulihat jam sudah menunjukkan jam 16.30. masih ada waktu sekitar 1,5 jam lagi. Kulangkahkan kaki menyusuri blok-blok bagunan yang bergaya “Renaissance” sampai akhirnya aku memasuki  “Passage Pommeraye” yang menjadi salah stu ikon kota Nantes, Gedung pertokoan yang berdiri sejak 1843, sangat anggun dengan berbagai ornament dan patung-patung bernilai seni tinggi, tidak hanya itu di dalamnya juga berjejer took-toko boutique yang menjual berbagai barang yang menarik, banyak sekali pamflet/penawaran diskon menyambut natal & tahun baru, tapi buatku harganya tetap mahal.


Puas melihat-lihat barang-barang di Passage Pommeraye, kulanjutkan perjalanan meuju la gare, tapi ada yang menarik perhatianku. Tepat di depan sebuah pertokoan besar kulihat pedagang kaki lima dengan “gerobak dorong” seperti di Indonesia. Ha…ha.. baru kali ini aku melihat kaki lima di Perancis.
Perutku…ternyata sudah mulai bernyanyi, baru sadar kalau aku belum makan siang, padahal sekarang sudah jam 17.00 sore, sambil berjalan menuju la gare kutemui sebuah kios ‘’Kebab’’ yang kuyakin cukup murah (5E) dan mengeyangkan. Apalagi tertulis besar di papan reklamenya HALAL. Penjualnya berasal dari Tunisia, tapi sayang dia tak mengizinkan ku untuk mengambil gambar tokonya. 

Selesai menikmati kebab, aku segera berlari kecil meuju ka la gare, saat diruang tunggu kulihat banyak sekali orang yang menganti baik di loket maupun di mesin tiket otomatis. Aku baru ingat kalau hari ini adalah hari Jum’at, hari terakhir kerja atau sekolah, sehingga banyak orang yang pulang kampung ke kota-kota kecil disekitar Nantes, atau berlibur ke kota-kota besar lainnya seprti Paris, Bordeaux, Champagne, La Rochelle atau Rennes.

Tepat jam 18.11 TER tujuan Angers St laud, siap di Voie 5, segera kumasuk ke TER, karena udara malam di Nantes cukup dingin mungkin < 5°C. Alhamdulillah selesai juga perjalanan panjang hari ini.